![tere liye, rembulan tenggelam di wajahmu](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2csNau3GjL_8yUa3dzPlJe9z-MpTaIj5eag4WQ3kA52idjrAjwGYJqeTKsfVi-wlrKixBlJdsOtU4f9E7DEuaY95vxtk9CVwKgHD3X3AS6r5dvuSOVuw94UM5tDTmjOzNW0j-SERiLa6Y/s320/rembulan+tenggelam+di+wajahmu+-+Tere+Liye.jpg)
Tutup
mata kita. Tutup pikiran kita dari carut- marut kehidupan. Mari berpikir takjim
sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada
kita, lantas lembut berkata: Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima
kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya
langsung sekarang. Lima Pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?
Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memilki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?
Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memilki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?
Ray (tokoh utama dalam kisah ini), ternyata memiliki kecamuk pertanyaan sendiri. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna hidup dan kehidupannya.
Siapkan energi Anda untuk memasuki dunia Fantasi Tere-Liye tentang perjalanan hidup. Di sini hanya ada satu rumus: semua urusan adalah sederhana. Maka mulailah membaca dengan menghela nafas lega
***
Putri,
gadis kecil berumur enam tahun tidak merasakan kebahagian yang sama seperti
teman–temannya di panti. Di saat mereka sibuk memamerkan baju baru untuk hari
raya, ia justru tidak paham apa itu hari raya. Yang ia mengerti hanyalah rindu
ayah-bunda.
Kisah
putri hampir sama seperti yang dialami Ray (Raehan Raujana). Puluhan tahun
silam ia juga tinggal di panti asuhan. Usia Ray sudah menginjak enam puluhan
dan sekarang ia berbaring lemah di rumah sakit. Di masa komanya, ia diajak
menelusuri masa lalunya bersama orang dengan wajah menyenangkan.
Ada
pertanyaan-pertanyaan yang selalu Ray tanyakan mengenai kejadian yang
menimpanya dari masa kecil hingga dewasa. Maka, orang dengan wajah menyenangkan
itu mengajak Ray napak tilas untuk mendapatkan jawaban atas 5 pertanyaan besar
dalam hidupnya.
Di mulai dari masa 16 tahun Ray tinggal di panti
yang penjaganya memiliki perangai kasar. Penjaga panti tidak segan menghukum
anak-anak dengan memukulkan bilah rotan ke pantat mereka. Dan Ray sering
mendapatkan pukulannya karena sering berulah.
Ray membenci penjaga panti yang menurutnya sok
suci. Ray tahu (curiga), uang yang donator sumbangkan tidak digunakan untuk
kepentingan ia dan teman-temannya. Penjaga panti justru menggunakannya sebagai
ongkos keberangkatan naik haji.
Kejadian
yang dialami di panti memunculkan pertanyaan pertama Ray:
Bukankah ada puluhan panti di kota ini... Kenapa harus di panti itu?
Kenapa?
(hlm 60)
(hlm 60)
Orang
dengan wajah menyenangkan memberikan jawaban:
Bagi manusia, hidup
ini juga sebab-akibat, Ray....Bedanya, bagi manusia sebab-akibat itu membentuk
peta dengan ukuran raksasa. . .Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis
kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan
orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke
garis kehidupanmu... Saling mempengaruhi, saling berinteraksi. (hlm 63)
Kenapa Ray harus
tinggal di panti menyebalkan itu? Karena ia menjadi sebab bagi garis kehidupan
Diar. Suatu hari, Ray yang kabur dari panti mendatangi Diar yang bertugas
sebagai penjaga toilet. Ray mencuri celana dari seseorang yang sedang mandi di
sana. Di saat Ray berhasil lolos, Diar justru dituduh sebagai pelakunya. Diar
dikroyok dan masuk rumah sakit.
Ray yang menjalani kehidupan
liarnya di luar panti harus menerima penganiayaan dari orang yang membencinya.
Mereka dengki atas kemenangan Ray di meja judi. Peronda malam menemukan tubuh
Ray bersimbah darah, lalu membawanya ke rumah sakit. Ray dirawat di kamar yang
sama dengan Diar.
Penjaga panti
menunggui dua anak asuhnya. Diar yang sadarkan diri mengkhawatirkan Ray. Diar
menceritakan kesalahan dirinya yang merusak tasbih penjaga panti. Tapi, waktu
itu Raylah yang maju mengakui kesalahannya dan menggantikan hukumannya. Diar
menghormati dan menghargai Ray atas apa yang dilakukannya.
Diar meminta maaf
atas kesalahannya. Semestinya ia tidak melakukan itu mengingat kebaikan yang
sudah dilakukan penjaga pada anak-anak panti. Pengakuan Diar hari itu menyentuh
hati penjaga panti. Dan Diar sudah menjadi sebab pertobatannya.
Pertanyaa kedua:
Apa hidup ini adil?
“Dan
terus-terang, Ray.... Pertanyaan keduamu ini tidak mudah dijawab. Bukan karena jawabannya
tidak ada. Sebaliknya! Justru karena terlalu banyak... Masing-masing orang
mengeluarkan pertanyaan khas dengan apa yang menjadi pemicu kenapa dia sampai
bertanya. Maka jawabannya juga harus khas sesuai dengan pemicunya tersebut.”
(hlm 161)
(hlm 161)
Untuk mendapatkan
perawatan yang lebih baik, Ray yang terluka karena pengeroyokan dirujuk ke
rumah sakit ibu kota. Ketika pulih, seorang suster membawanya ke Rumah Singgah.
Di sana Ray menjalani kehidupan baru. Kakak pengurus serta teman-teman yang
menyenangkan. Ray bahkan sekolah dengan sistem paket.
Salah satu temannya
bernama Ilham bercita-cita ingin menjadi pelukis. 2 bulan Ilham merampungkan
lukisannya. Sayang, saat akan membawanya ke pameran, lukisan itu dirusak oleh
segerombolan preman. Ray tidak terima dan memutuskan melakukan aksi balas
dendam demi Ilham.
Balas dendam itu
berbuntut panjang. Preman mengincar orang-orang yang terkait dengan Ray. Salah
satunya, Natan, teman sekamarnya. Natan yang bercita-cita jadi penyanyi harus
mengubur impiannya. Preman itu menghajar Natan yang menyebabkan ia pincang dan
kehilangan suaranya.
Ilham kehilangan kesempatan besarnya. Natan
kehilangan mimpi-mimpinya. Apa semua ini adil? Di mana rasa keadilan Tuhan?
Mengapa semuanya harus terjadi ketika janji baik itu tiba? Kenapa Tuhan sepertinya suka merenggut kebahagiaan
orang-orang yang selalu berbuat baik? (hlm 150-151)
“Ray.... Bukankah
sudah kukatakan sebelumnya, jawaban atas pertanyaan ini berjuta bentuknya.
Karena keadilan mengambil berjuta bentuk pula.... Orang-orang terpilih sekali
pun, terkadang lalai mengenali bentuk-bentuk keadilan itu, karena kita selalu
beusaha mengenalinya dari sisi yang kasat mata. . .” (hlm 182)
Secara kasat mata
Ilham gagal. Namun sebenarnya, meski lukisannya tidak dirusak oleh preman, saat
itu ia tetap tidak bisa ikut pameran. Ray dan Bang Ape (kakak pengurus rumah
Singgah) terlalu melebih-lebihkan lukisan standar Ilham. Dan 10 tahun kemudian,
ketika benar-benar siap, Ilham berhasil menghasilkan karya terbaik.
Kegagalan membuat
Ilham belajar kerendahan hati. Ia tidak mencantumkan nama di setiap lukisannya.
Termasuk pada maha karyanya “lukisan rembulan sabit” yang terpajang di ruang
kerja Ray. Dibuat khusus untuk Ray yang suka memandang rembulan.
Untuk Natan. Yang
terlihat ia memang kehilangan mimpi-mimpi indahnya untuk menjadi seorang
penyanyi. Tapi, langit memberikan apa yang benar-benar Natan cita-citakan.
Pengalaman hidupnya membuat Natan berkeinginan menjadi seseorang yang
menggerakkan hati. Dan menjadi penyanyi hanyalah satu dari banyak cara.
Pertanyaan ketiga:
“Inilah pertanyaan ketigamu, bukan? Kenapa langit tega sekali
mengambil istrimu...Kenapa
takdir menyakitkan itu harus terjadi?” (hlm 338)
Setelah pergi dari
Rumah Singgah, Ray bertemu Plee, seorang pencuri yang membagikan hasil
curiannya pada orang yang membutuhkan. Ray lalu diajak dalam aksi mencuri
berlian. Sayangnya, meski dengan perencanaan matang, kejahatan tersebut
meninggalkan jejak. Ray membunuh 2 petugas yang memergokinya. Namun, Plee yang
tertangkap di rumahnya mengakui kalau ia melakukan aksi sendirian. Plee
dituntut hukuman mati dan menjalani eksekusi 6 tahun setelahnya.
Ray pulang ke kota
kecilnya setelah kejadian tersebut. Di sana Ray membangun karir dari tukang
bangunan sampai menjadi mandor dan menikah. Dua kali istrinya hamil dan dua
kali juga ia harus menerima kenyataan anaknya meninggal. Bahkan, pada kelahiran
kedua, ia juga harus merelakan kematian istrinya.
“Apapun
bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu
dari sisi yang pergi! Bukan dari sisi yang ditinggalkan.” (hlm 339)
“Ketahuilah Ray,
bagi istrimu, sejak pernikahan kalian, tujuan hidupnya menjadi amat
sederhana.... Kau sering mendengar istrimu berkata, ‘Bagiku kau ihklas
dengan semua yang kulakukan untukmu... Ridha atas perlakuanku padamu. Itu sudah
cukup' Nah, itulah tujuan hidup baru istrimu. Amat s-e-d-e-r-h-a-n-a....
(hlm 340)
“Dan
sungguh sudah mulialah istrimu.... Istrimu bertanya di penghujung hidupnya, Apakah
kauridha?’ Dan kau mengangguk.” (hlm 341-342)
Setelah kematian
istrinya, Ray pindah ke ibukota. Di sana Ray sukses membangun kerajaan
bisnisnya di bidang properti. Tapi, dengan semua pencapaiannya Ray merasa hampa.
Keempat:
Ternyata setelah
sejauh ini semuanya tetap terasa kosong, terasa hampa.
(hlm 391)
(hlm 391)
“Kau
pikir dengan menambah lagi imperium bisnismu, membuatnya besar-menggurita kau
akan menemukannya....Kosong. Kau hanya menemukan kosong. Hampa.... Kau mirip
sekali seperti anak kecil yang sudah memiliki mainan, saat melihat anak lain
mendapatkan mainan yang baru, kau juga menginginkannya.... Kau mirip sekali
dengan kelakuan hampir seluruh orang yang pernah terlahir di muka bumi
ini....Tidak pernah merasa cukup atas apa-apa yang dimiliki.” (hlm 407)
“Ray,
kau mungkin sedikit berbeda karena kau melakukan itu untuk menjawab semua perasaan
kosong setelah istrimu pergi.... Tapi apapun latar-belakangnya, orang-orang yang
amat keterlaluan mencintai dunia tetap tidak akan pernah menemukan jawaban dari
dunia.... Dari harta-benda dunia....” (hlm 407-408)
Semakin tahun, bisnis Ray berkembang pesat. Meski sempat mengalami masa
sulit, ia berhasil bangkit atas bantuan koh Cheu pengusaha yang dikenalnya di
kota kecilnya. Dan Ray yang menginjak masa tua sering mengalami sakit. Bolak
balik ia di rawat, sampai puncaknya di 6 bulan terakhir. Ia harus menginap di
ruang VVIP rumah sakit.
Kelima:
“Kita sudah tiba di
pertanyaan terakhirmu.... Pertanyaan kelima. Kenapa kau harus mengalami
sakit berkepanjangan selama enam tahun?” (hlm 443)
“Sejatinya
pertanyaan itu sebenarnya tentang definisi ukuran-ukuran. Apakah yang disebut
dengan kejadian menyakitkan? Apakah yang disebut dengan kejadian menyenangkan? Sejatinya
pertanyaan itu tentang perbandingan....” (hlm 443-444)
“Ray, itu semua
hanya perbandingan.... Otak manusia, sejak berabad-abad lalu sudah
terlatih menyimpan banyak perbandingan berdasarkan versi mereka sendiri,
menerjemahkan nilai seratus itu bagus, nilai lima puluh itu jelek. Wajah
seperti ini itu cantik, wajah seperti ini itu jelek. Hidup seperti ini itu
kaya, hidup seperti ini itu miskin.... Otak manusia yang keterlaluan pintarnya
mengumpulkan semua kejadian-kejadian itu dalam sebuah buku besar. Yang
disebut perbandingan. (hlm 444)
“Ray, dalam
perbandingan-perbandingan seperti itu, ketika buku-besar itu semakin
lama semakin keliru. . . Ketahuilah, ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa
cukup dengan semua penderitaan maka kau harus melihat ke atas, pasti ada
yang lebih menyakitkan darimu.... Ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu
merasa kurang dengan semua kesenangan yang datang maka kau harus melihat ke
bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu...” (hlm 446)
Itulah 5 pertanyaan
dan jawaban dari tokoh Ray. Mungkin ada yang bertanya-tanya, apakah sosok gadis
kecil di awal buku Rembulan Tenggelam di Wajah-Mu ini hanya sebagai selingan?
Atau kisah gadis itu memiliki keterkaitan dengan Ray, pasien enam puluh tahun
yang menapak tilas masa lalunya?
***
Komentar untuk buku ini, “Perjalanan spiritual
yang bisa dijadikan renungan.” Mungkin ada salah satu (atau mungkin semuanya) dari
pertanyaan Ray yang juga pernah terbesit di pikiran kita. Dan Tere Liye mengajak
kita merenungkan hal itu agar bisa mengerti makna kehidupan.
Dalam Rembulan
Tenggelam di Wajah-Mu penulis sudah berhasil memainkan perasaanku kala
membacanya. Keadaan getir, bahagia, dramatis, silih berganti. Tapi, ketika
sampai pada masa-masa Ray bertemu dengan Fitri sampai akhirnya menjadi istrinya,
itu menurutku sangat panjang. Entahlah, mungkin karena rasa keingintahuanku
yang menggebu perihal pertanyaan-pertanyaan selanjutnya dari Ray. Atau memang
penulis terlalu lama mengisahkan kehidupan mereka.
Satu lagi yang agak sedikit membuatku tidak
nyaman, alur maju mundur. Kadang, aku baru mengerti kalau penulis beralih waktu
ketika sudah membaca beberapa kalimat. Aku mengulang kalimat-kalimat tersebut agar
bisa mengerti apa yang ingin penulis sampaikan.
Quote yang terkait dengan judul buku:
Quote yang terkait dengan judul buku:
Biarkanlah malam ini
dia memandang rembulan dengan perasaan lama itu, perasaan damai... tenteram...
Merasa berterima-kasih.... Merasa berterima-kasih telah diberikan sepotong
kesenangan hidup, yang meskipun sebenci apapun, sejengkel apapun atas keputusan
Tuhan, dia tetap menyadari masih ada sepotong kehidupan yang indah, menatap
rembulan. . .” (hlm 442)
“Kau selalu merasa andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan.... Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan langit.... (hlm 452)
“Kau selalu merasa andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan.... Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan langit.... (hlm 452)
“Kau benar, Ray! Ada satu janji Tuhan. Janji
Tuhan yang sungguh hebat…Yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan
menatap rembulan ciptaan-Nya.... Tahukah kau? Itulah janji menatap
wajah-Nya....(hlm 453)
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungannya. ^_^
Dan mohon maaf untuk komentar yang menyertakan link akan dihapus.